Bintang Sunyi

Posted on 18.41 by Dandelion Senja | 0 komentar



Ingin kubisikkan semua tentang dirimu
Di bentangan jingga, penyempurna senjaku
Walau tak ku dengar suaramu membalas
Walau tak ku lihat sesungging tawamu di sana
Kuyakini engkau memelukku dengan doamu

Ingin kulukiskan semua tentang dirimu
Di hamparan malam, sesempurna mimpiku
Bintang selalu ada meski tak terlihat
dan aku, kuyakini kau menjagaku dari jauh...

Tak bisa kupaksa senyummu terlihat, tak bisa kupaksa tubuhmu nyata memeluk. Saat embun membuatku menyerah pada lelah, datanglah. Saat itu tak perlu kau khawatirkan. Karena hatiku mampu merasa. Datanglah saat mataku lelah dan terpejam dan temanilah tidurku...malam ini saja...

Sajadah dan Altar

Posted on 01.18 by Dandelion Senja | 0 komentar



 Demi kisah tanpa restu,
Perbedaan masih mengabu, pilu
Adalah aku yang bersujud di atas sajadah
Dan engkau yang berdoa di depan altar...


Masih kuingat masa itu. Senja terakhir yang kita lalui bersama. Aku diam, kau diam. Hening. Barangkali kita terbisu, berbisik pada angin sepoi terbangkan pilu. Resahmu, resahku. Dan kita sama-sama tertawa oleh kepedihan.

Sebab jurang kian luas sebagai pemisah...

Bahwasanya aku pun kau telah tahu masa kita akan datang. Masa di mana mendung kita merinai hujan. Tentang melepaskan, merelakan, dan kembali. Sebab mereka dan barangkali semesta berduka menyaksikan kita, bila tetap kita kayuh langkah. Begitupun aku dan kau. Luka kita, melawan pertentangan pada mereka yang tak jua kirim restu.
Hingga pada akhirnya kita hanya bisa menangis diam-diam. Karena kita sama-sama tahu bahwa kita akan kuat, bila kita sama-sama kuat.

Darimu aku belajar dewasa. Dan darimu, aku akan belajar melepaskan. Kau bagiku dan aku bagimu, adalah sebentuk titipan dari Tuhan. Dan mungkin kini saatnya, untuk mengembalikan dan berjalan kembali.

Bukan aku dan kau tak pantas bahagia. Namun percayalah bahwa kita akan jauh lebih bahagia, kelak. Atau mungkin nanti, dikehidupan selanjutnya. Tuhan kembali pertemukan kita, satu, tanpa perbedaan.

Berjalanlah, kita akan saling menjaga dari jauh. Semoga perpisahan ini menjadi bahagia kelak, untukmu dan untukku.
Raihlah cinta hakiki kita. Sehakiki kematian. Cinta hakiki, cinta sejati. PadaNYA, pada Tuhan.

Take me with you 1

Posted on 02.12 by Dandelion Senja | 0 komentar


Hening...
Merasakan setiap nafas yang tersisa...
Nafas yang nantinya bercerita tentang  setiap nada keindahan dan simphoni kebahagiaan,
suara kosong namun hidup.
Di kursi tua di sudut ruangan, gelap...bagai terdampar dalam duniaku sendiri,
aku menunggu...
Mendengar suara camar-camar yang kembali pulang. Jauh, mendekat, nyaring, kemudian menjauh lagi, lalu menghilang.
Hening lagi. Tanpa suara...
Malam itu didalam dekapmu. Kusenandungkan irama kehangatan
Aku ingin kau dekap sekali lagi, sebab aku melupakan satu lagu...
lagu yang seharusnya kunyanyikan untukmu malam itu.
Semua tentangmu dan melodi-melodi indah dulu, kini menjelma rindu.
Rindu yang membunuh hangat. Aku menggigil. Mendekap senyap.
Dan masih saja kutunggu
Tapi tak jua kau jemput... engkau di mana?
Tak bisakah kau pulang sebentar saja?
Aku merindukanmu. Bawa aku pergi...

Engkau dan Hujan

Posted on 05.09 by Dandelion Senja | 0 komentar


Perlahan-lahan langit menghitam...
Mendung di kota ini. Mengajakku duduk terpaku sepi, sendiri
Menyaksikan gejolak alam di leluaran
Barisan awan berarak mengelam
Gerimis menetes perlahan membasahi bumi, menampar dedaunan
Rinainya jatuh kemudian mati di tanah, rembes lalu hilang. Mewariskan basah di tanahnya...

Ingin kuceritakan padamu, tentang hujan dalam pelukan senja hari ini
Awan mendung memasung jingganya langit
Kelam di wajah senja, jiwaku turut sekarat bersamanya...
Tentangmu, segala tanya menjelma rindu
Rindu yang memanggil pinta atas balasmu
Hujan mengirim awan mendung menuju ruang hati
Hujan mengirim isyarat, membuncah dalam tetesan air mata.
Bersatu dalam dinginnya kesendirian.

Semua ini tentangmu, ku semat pada pelosok hati...
tentang rasa yang kutuju pada hatimu.
Dalam sendiri, kau pun terlukis dalam bait-bait sederhana...
Padamu, dariku...