Hujan 11 November
Dingin merasuk,
Gigil mengilukan
Matahari terperangkap kelam, mati suri...
Awan mengarak mendung
Rinai menghujam bumi...
Aku, sendiri
Di bawah atap gemuruh,
Jiwai kelam mendung
Angin tajam memisau hening, rerintikkan bergemericik,
Pepohonan menari-nari selaras irama hujan...
Basah... pun dimataku...
Sekarang mungkin waktu untukku menangis. Semenjak aku sadar bahwasanya sayap harapanku benar-benar patah hari ini. Kau telah bersamanya, mengarung samudra impianmu. Berlayar dalam perahu hatimu, bersamanya.
Semenjak aku terbangun dan menyadari aku mencintaimu, bahwa harapanku telah tinggi. Saat itu pula aku sadar sesungguhnya harapan-harapanku yang tersemat dalam sayap asa, akan segera patah. Mati, terbawa angin.
Namun tidak dengan cinta tersembunyi ini. Ia masihlah sebuah rasa yang terpatri dalam relung hati, dan entah kapan dapat benar-benar menguap lalu hilang.
Sejenak saja, beri waktumu membaca sajak yang kurajut. Untukmu dan tentangmu. Bukan untuk merayumu, hanya selarik puisi yang mungkin atau pasti mati, bersama terkuburnya harapan.
Berjalanlah, nikmati gerimis bahagiamu bersamanya. Berbahagialah. Lukis mimpi-mimpi indahmu. Karena meski kuturunkan lagi hujan, aku takkan memintamu tinggal sekalipun aku ingin.
11 November 2011
Long last ; for someone : )
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan tinggalkan komentar di sini :)